Pengawasan dalam Manajemen

Artikel terkait : Pengawasan dalam Manajemen


A.           Pengertian Pengawasan
Pada hakikatnya pengawasan di dalam organisasi merupakan suatu kegiatan untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan organisasi dapat terlaksana. Jadi di dalam pengawasan diusahakan cara-cara agar kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Pengawasan erat kaitannya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan pengkoordinasian telah dilaksanakan dengan efektif. Fungsi pengawasan itu sendiri harus diawasi pula. Hal ini dapat meliputi di antaranya: apakah laporan pengawasan akurat, apakah sistem yang dipakai sudah tepat, dan apakah kegiatan diukur dengan interval frekuensi waktu yang mencukupi.
Image From : 1.bp.blogspot.com
B.            Pentingnya Pengawasan
Pengawasan semakin diperlukan di dalam setiap kegiatan organisasi mengingat adanya faktor-faktor:
1.  Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan yang terjadi terus menerus semakin inovatifnya pesaing menjadikan pengawasan penting untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada kelangsungan hidup organisasi.
2.      Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati, mengingat semakin banyaknya kegiatan dan fungsi-fungsi yang terlibat di dalamnya.
3.   Kesalahan-kesalahan. Karena banyaknya kesalahan yang dibuat oleh bawahan, menyebabkan atasan perlu melakukan pengawasan yang memungkinkan pendeteksian kesalahan sebelum menjadi kritis.
4.   Kebutuhan pendelegasian.wewenang. untuk menjamin apakah tugas dan wewenang tugas dan wewenang yang telah didelegasikan dilaksanakan dengan baik, perlu diimplementasikan sistem pengawasan.[1]
C.           Tipe Pengawasan
1.      Pengawasan Pendahuluan (preliminary control)
Prosedur-prosedur pengaasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan.
Dipandang dari sudut perspektif demikian, maka kebijaksanaan-kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman untuk tindakan masa mendatang. Tetapi, walaupun demikian penting untuk membedakan tindakan untuk menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan mengimplementasikannya.
Merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan tindakan mengimplementasikan kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.
Pengawasan pendahuluan meliputi:
a.       Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia
b.      Pengawasan pendahuluan bahan-bahan
c.       Pengawasan pendahuluan modal
d.      Pengawasan pendahuluan sumber-sumber finansial
2.      Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (concurrent control)
Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.
Direksi berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
a.  Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-metode serta prosedur-prosedur yang tepat.
b.      Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Proses memberikan pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk dikomunikasikan, tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan penyerahan.
3.      Pengawasan Feed Back
Sifat khas dari metode-metode pengawasan feed back ( umpan balik ) adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang.
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back  yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis adalah:
a.      Analisa Laporan Keuangan ( financial statement analysis )
b.      Analisis Biaya Standar ( standard cost analysis )
c.       Pengawasan Kualitas ( quality control )
d.      Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja ( employee performance evaluation )
D.           Tahapan Proses Pengawasan
Proses pengawasan umumnya terdiri dari 4 ( empat ) tahapan sebagai berikut:
1.    Penetapan standar pelaksanaan. Dalam hal ini ditetapkan suatu satuan pengukuran yang akan digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil kegiatan.
2.      Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini ditetapkan:
a.   Berapa kali pengukuran dilakukan terhadap pelaksanaan suatu kegiatan. Misalnya, harian, mingguan, atau bulanan.
b.      Dalam bentuk apa pengukuran dilakukan. Misalkan, laporan tertulis atau lisan.
c.       Siapa yang terlibat dalam pengukuran.
3.    Pengukuran pelaksanaan kegiatan. Setelah ditentukan hal-hal yang berkaitan dan akan menjadi pedoman dalam pengukuran, selanjutnya dilaksanakan pengukuran pelaksanaan kegiatan tersebut. Pengukuran dilakukan dengan:
a.       Pengamatan langsung
b.      Laporan dan informasi yang masuk, baik lisan maupun tertulis.
c.       Metode-metode otomatis.
d.      Pengujian dan pengambilan sampel kegiatan.
4.      Perbandingan pelaksanaan dengan standar serta analisa penyimpangan. Tahap ini metupakan tahap kritis dari proses pengawasan. Dalam tahap ini dapat diinterpretasikan adanya penyimpangan harus dianalisis agar dapat diidentifikasi penyebab-penyebabnya.
E.            Karakteristik Pengawasan yang Efektif
Supaya menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, di antaranya:
a.   Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Sebab ketidak akuratan dapat menyebabkan pengambilan tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebelumnya tidak ada.
b.   Tepat waktu. Segala informasi harus disampaikan dan dievaluasi secepatnya agar dapat segera dilakukan tindakan koreksi sebelum menjadi kritis.
c.       Objektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan bersifat objektif serta lengkap.
d.   Terpusat pada titik-titik pengawasan strategis. Pengawasan seharusnya memusatkan perhatian pada penyimpangan-penyimpangan yang paling sering terjadi dn menimbulkan akibat yang fatal.
e.   Reaistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan pengawasan harus lebih rendah atau paling tidak sama dengan nilai kegunaannya.
f.    Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi karena bagaimanapun setiap tahap  dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi hasil keseluruhan operasi.
g.      Fleksibel. Pengawasan harus memiliki fleksibilitas agar dapat memberikan tanggapan atau reaksi terhadap perubahan-perubahan lingkungan.
h.  Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan yang efektif harus dapat menunjukkan penyimpangan dan tindakan koreksi yang harus diambil.
i.    Diterima oleh anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan bertanggungjawab dan berprestasi.




[1] Setyo Budiadi, Pengantar Manajemen ( Surabaya: Perum percetakan Negara RI Surabaya, 2004), 62

Artikel arinprasticha Lainnya :

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 arinprasticha | Design by Bamz