Pemikiran Ekonomi Islam > Fase Ketiga
Pada
fase ketiga ini kejayaan pemikiran dan juga aspek lain dunia Islam mengalami
penurunan karena merupakan fase
tertutupnya pintu ijtihad sehingga dikenal juga sebagai fase stagnasi. Akan tetapi sebaliknya, dalam dunia Barat
telah lahir banyak pemikir-pemikir dalam bidang ekonomi. Namun demikian,
terdapat sejumlah gerakan pembaharu pada dua abad terakhir yang menyeru kembali
kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Di antara tokoh-tokohnya adalah :
a.
Shah Waliullah (1114-1176 H/1703-1762 M)
Pemikiran
Shah Waliullah dalam bukunya Hujjatullah Al-Baligha menyatakan bahwa,
manusia secara alamiyah adalah makhluk sosial sehingga harus
melakukan kerja sama antara satu orang dengan yang lainnya.
Shah Waliullah
mengemukakan dua faktor utama yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi, yaitu:
pertama, keuangan negara dibebani dengan berbagai pengeluaran yang tidak
produktif; kedua, pajak yang dibebnankan kepada pelaku ekonomi terlalu
berat sehingga menurunkan semangat berekonomi.
b. Muhammad
Iqbal
Menurut
Iqbal, Islam menolak konsep lama yang mengatakan bahwa alam ini
statis. Islam mempertahankan konsep dinamisme yang mengakui adanya gerak dan
perubahan dalam hidup masyarakat manusia. Konsep yang dipakai dalam gerak dan
perubahan itu disebut ijtihad.
Dalam
karyanya, Puisi dari Timur, ia menunjukkan tanggapan Islam terhadap
kapitalisme Barat dan reaksi eksterm dari komunisme. Iqbal
menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme dan menampilkan suatu pemikiran
“poros tengah” yang dibuka oleh Islam. Beliau juga menjelaskan bahwa
negara memiliki tugas yang besar untuk mewujudkan keadilan sosial. Zakat, yang
hukumnya wajib bagi Islam, dipandang memiliki posisi yang strategis bagi
penciptaan masyarakat yang adil.[1]
0 komentar:
Post a Comment