Macam-Macam Tauhid

Artikel terkait : Macam-Macam Tauhid


Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Adapun yang disebut ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang benar. Tidak ada yang sepadan dengan-Nya dan tidak pula ada yang menyerupai-Nya. Seluruh alam semesta beserta ini adalah ciptaan Allah SWT, maka tidak ada makhluk satupun yang mampu menggantikan-Nya untuk mengendalikan segala bentuk ciptaan-Nya.

Hasil gambar untuk macam tauhid
image from: www.slideshare.net

Sebagai makhluk yang diciptakan Allah paling sempurna dari pada ciptaan-Nya yang lain, maka hendaknya kita harus saling menjaga seluruh ciptaan-Nya dengan sebaik-baiknya. Tidak menimbulkan kerusakan di semesta ini, dan tidak pula dengan seenaknya memanfaatkan segala sesuatu tanpa memikirkan kaum sesama di antara kita.
Allah itu Esa. Bagaimana kita dapat membuktikan ke-Esaan Allah, yaitu dengan mengimani-Nya. Berikut akan dibahas tentang macam-macam tauhid, yang bisa kita gunakan sebagai tambahan ilmu, untuk kita semakin mengenal Allah SWT dan semakin mendekatkan diri terhadap-Nya.

1.        Tauhid Rubbubiyyah
Al-Rabb ialah al-Malik (si pemilik), al-Khaliq (si pencipta), as-Sahib (si empunya). Kata Rabb juga digunakan untuk menunjuk kepada seseorang untuk memperbaiki atau membaikkan sesuatu. Allah SWT disebut Al-Rabb karena ia memperbaiki dan membaikkan keadaan makhluk-Nya. Rubbubiyyah ialah mengesakan Allah dengan segala perbuatan-Nya. Sedangkan perbuatan Allah itu banyak sekali, di antaranya menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, dsb. Yang kuasa melakukan semua hal dengan sempurna ialah Allah semata.
Ulama mendefinisikan dari jenis tauhid ini dengan berbagai ungkapan. Semisal dengan yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ‘Dan tauhid Rubbubiyyah itu ialah (meyakini) tidak ada pencipta selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena tidak mungkin ada sesuatupun yang lepas dari-Nya dalam hal penciptaan suatu benda atau urusan. Bahkan bila menghendaki pasti terjadi, dan bila tidak menghendaki, maka tidak mungkin terjadi’.
Kesimpulannya, tauhid Rubbubiyyah ialah menetapkan bahwa Allah azza wa jalla adalah Rabb segala sesuatu, pencipta dan pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkan, memberi manfaat dan mara bahaya, Yang Maha Mampu atas perbuatan yang diinginkan kapanpun waktunya, dan tidak ada sekutu yang sepadan dan pembantu bagi Allah SWT dalam masalah itu semua.
Berikut dalil yang terkait dengan tauhid Rubbubiyyah :

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

Artinya: “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam”. (QS. Al-Fatihah: 1)
Contoh penerapan tauhid Rubbubiyyah :
a.       Mensyukuri nikmat Allah di setiap waktunya.
b.      Tidak menyekutukan Allah SWT.
c.       Menjaga dan melestarikan alam semesta.

2.        Tauhid Uluhiyyah
Makna Uluhiyyah (ketuhanan) terdiri dari dua lafadh, Illah dan Allah yang berasal dari satu akar kata yaitu mengetahui serta mengakui bahwasanya Allah SWT pemilik hak uluhiyyah dan peribadatan atas seluruh makhluk-Nya, dan meng-Esakan Allah ta’ala dengan ibadah dan mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya semata.
Tauhid Uluhiyyah dalam pengertiannya sering diidentikkan dengan Tauhid Ubbudiyyah, karena sesungguhnya adanya pengabdian yang hanya ditunjukkan kepada Allah merupakan konsekuensi dari keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Kata Uluhiyyah dinisbahkan kepada kata Allah, sedangkan ubbudiyyah dinisbahkan kepada abada.
Manusia bersujud kepada Allah dan menjadikan Allah sebagai tempat meminta, tempat mengadu, dan tempat untuk menyandarkan segala pujian dan harapan. Semua yang berupa pengabdian, langsung ditunjukkan kepada Allah dengan tanpa perantara (wasilah) dalam bentuk apapun seperti manusia, berhala, dan makhluk-makhluk lainnya. Allah sebagai satu-satunya tempat disembah, bukan berarti bahwa Allah berhajat disembah oleh hamba-Nya karena Allah tidak membutuhkan bukti dari makhluk-Nya. Penyembahan di sini merupakan wujud ketaatan dan kepatuhan hamba dengan Tuhan, antara makhluk dan khaliqnya.
Dengan demikian, baik beribadah yang langsung ke hadirat Allah SWT seperti shalat, puasa, zakat, dan haji maupun beribadah yang tidak langsung seperti membangun masjid, sarana pendidikan, dan sebagainya hendaklah dilakukan karena Allah.
Berikut adalah salah satu dalil tentang tauhid uluhiyyah:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya: “Hanya kepad Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. (QS. Al-Fatihah: 5)
Contoh penerapan tauhid uluhiyyah adalah sebagai berikut:
a.       Tidak menyembah Tuhan selain Allah
b.      Beribadah diniatkan karena Allah semata, tidak untuk riya’ atau pamer
c.       Menolong sesama tanpa pamer

3.        Tauhid Asma’ wa Sifat
Asma’ wa Sifat yaitu suatu pemahaman dan penghayatan seorang muslim terhadap sifat-sifat dan nama-nama Allah SWT. Hal itu dengan cara pengakuan dan menetapkan secara pasti dengan segala yang datang dalam al-Qur’an ataupun sunnah Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang nama-nama Allah SWT yang indah dan sifat-sifat-Nya yang mulia.
Dan metode Salaful Ummah dalam perkara ini ialah menetapkan apa yang telah ditetapka oleh Allah SWT untuk dirinya dan menetapkan apa yang telah ditetapka Rasul-Nya. Begitu pula menafikkan seperti apa yang telah dinafikkan oleh-Nya terhadap dirinya sendiri dan apa yang telah dinafikkan oleh Rasul-Nya terhadap Allah SWT tanpa melakukan tahrif (merubah), tidak pula ta’thil (menghilangkan maknyanya), tanpa membagaimanakan tidak pula memisalkan. Mereka semua meyakini bahwa tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya tidak pula ada yang semisal dengan-Nya dari kalangan makhluk-Nya, tidak dalam dzat tidak pula dalam perkara sifat-sifat yang dimiliki-Nya serta perbuatan-Nya. Maka metode mereka ialah menetapkan tanpa menyerupakan, dan mensucikan tanpa menta’thilkan (meniadakan makna yang sebenarnya).
Berikut dalil yang terkait dengan Tauhid Asma’ Wa Sifat :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ.....
Artinya: “.......tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”. (QS. Asy-Syuura: 11)
Contoh penerapan Tauhid Asma’ Wa Sifat:
a.       Semakin memahami kebesaran dan kekuasaan Allah SWT
b.      Mengetahui cara beribadah yang benar
c.       Terhindar dari sikap sombong
d.      Kualitas diri kita semakin meningkat
e.       Memiliki sikap raja’ atau optimis dalam menjalani hidup



Artikel arinprasticha Lainnya :

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 arinprasticha | Design by Bamz